Rabu, 19 Maret 2008

RUKO, ANTARA KEBUTUHAN DAN ANCAMAN.
Pernakah anda memperhatikan bangunan disekeliling anda?. Sebuah bangunan berbentuk kotak / kubus bersusun, terdiri dari 2 atau 3 susun berukuran lebar 4-5 meter dan panjang 10-20 meter atau tidak terbatas, yang penting lahannya luas, serta dijejer berdampingan 5-10 unit. Tampilan depannya adalah sebuah ‘topeng’ arsitektur untuk menutupi kesemrawutan pemakaian material murah dibagian belakang fasadnya. Sedikit teras di bagian depan susunan paling bawah, sekadar menjadi entrance bangunan. Penghubung vertikal antar susun adalah tangga, dengan berbagai modifikasi bahan dan material, ditambah KM/WC seadanya di setiap lantai atau Cuma di lantai dasar saja. Barangkali anda pernah antri karena jumlah klosetnya Cuma satu untuk melayani aktivitas 20-30 manusia . Bukaan pintu dan jendela dari material yang paling simple dan murah, dan kalau lahannya masih ada dibagian depannya dibuatkan hamparan beton/paving blok untuk tempat parkir. Ini adalah bangunan yang mudah dan murah dari sisi strukutur dan arsitektur
Sebuah fenomena bangunan perkotaan yang muncul dari tuntutan pemenuhan kebutuhan fasilitas simple, mudah dan cepat, baik dalam proses pra konstruksi dan pasca konstruksi ( pembangunan, pemasaran, pemakaian, dan pemeliharaan). Hampir semua kota besar di indonesia berlomba-lomba membangun ruko, bahkan beberapa kota sudah menjadi kota ruko, kemana mata memandang, yang hadir adalah jejeran ruko-ruko.
Tren arsitektur yang hadir di ruko memang lebih banyak terkaburkan oleh tuntutan komersil. Bisa di maklumi, Karena ruko adalah bangunan yang paling menguntungkan untuk depolever dan bangunan paling dicari para pelaku bisnis dan perdagangan. Sesuai dengan teori ekonomi, ketika permintaan makin tinggi, maka harga akan semakin tinggi pula.
Perkembangan seperti ini bukan tidak menyisakan permasalahan arsitektur dan lingkungan perkotaan. Ruko yang pembangunannya tidak sesuai dengan Rencana Umum Tata Ruang Perkotaan (RUTRK) yang telah ditetapkan pemerintah kota akan membuat kesemrawutan arsitektur dan tata lingkungan Perkotaan. Kota akan di dominasi jejeran kubus-kubus beton, yang tentunya akan mengambil sebagian besar fungsi lingkungan.
Konsep yang tepat dalam membangun ruko tanpa mengorbankan sisi komersilnya adalah menyisakan lahan hijau disekelilingnya atau membuat lahan hijau disusunan paling atasnya (taman di lantai paling atas), membangun sesuai RUTRK pemerintah kota, mereduksi tampilan struktur dan arsitektur yang tidak ramah lingkungan, serta memberi ruang untuk sirkulasi kendaraan dan manusia.
Ruko akan tetap menjadi incaran investor untuk berinvestasi di masa yang akan datang karena sisi komersilnya yang semakin hari semakin tinggi, tetapi menjadi problema serius lingkungan perkotaaan.Karena kita tidak menyadari ruko turut membantu terciptanya hutan beton dikota kita, dan kita menjadi penghuni dari hutan beton itu. Saya sendiri takut membayangkannya !.(WahyoE).

Tidak ada komentar: